- 00.07
 - 0 Comments
 
Oleh : Drs Mayunar
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian
 besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari 
tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat 
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik 
serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, 
manfaat pupuk organik adalah : (1) memperbaiki struktur dan kesuburan 
tanah, (2) meningkatkan daya simpan dan serap air, (3) memperbaiki 
kondisi biologi dan kimia tanah, (4) memperkaya unsur hara makro dan 
mikro, serta (5) tidak mencemari lingkungan serta aman bagi manusia. 
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan pupuk organik diharapkan tanah 
pertanian menjadi sehat, lestari dan berkelanjutan.
Pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran
 ternak merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk 
mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk kimia. Sampai saat ini, 
pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran ternak sebagai pupuk belum 
banyak dilakukan petani secara optimal, kecuali pada daerah-daerah 
sentra produksi sayuran. Bahan dasar pembuatan pupuk organik atau kompos
 adalah kotoran ternak ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya 
kandungan hara seperti arang sekam, jerami padi, serbuk gergaji dan 
abu/kapur. Proses dekomposisi atau perombakan bahan organik secara alami
 memerlukan waktu cukup lama dan dianggap tidak efisien, sehingga kurang
 dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat, apalagi masa tanam 
yang mendesak. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mempercepat 
perombakan senyawa komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan
 bahan pemacu mikroorganisme (aktivator), diantaranya Orgadec, Biodec, 
M-Dec, Orlitani, Probion dan EM-4.
Dalam rangka mendukung penyediaan dan 
pemanfaatan pupuk organik sekaligus mengurangi ketergantungan petani 
terhadap pupuk kimia, BPTP Banten bersama kelompoktani Taruna Sakti, 
Desa Kadugadung, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang dan 
kelompoktani Gentra, Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten 
Serang telah melakukan kajian pembuatan pupuk organik berupa pupuk 
kandang (pukan) sapi, pukan domba, pukan ayam, kompos jerami dan bokashi
 (campuran kotoran sapi/ayam ditambah arang sekam, jerami padi, serbuk 
gergaji dan dedak halus). Dari kajian kerjasama telah dihasilkan 
sebanyak 28 ton pupuk organik dengan berbagai jenis, yaitu pukan sapi 11
 ton, bokashi 12,5 ton, kompos jerami 3 ton, pukan domba 1 ton dan pukan
 ayam 0,5 ton.
Sejalan dengan kajian tersebut juga 
dilakukan pelatihan kepada kelompoktani se-Kecamatan Cipeucang, 
Kabupaten Pandeglang yang diikuti 70 orang.peserta. Pada pelatihan 
diberikan materi tentang manfaat pupuk organik, bahan dasar pembuatan 
pupuk organik, kandungan hara bahan, cara pembuatan dan aplikasi pupuk 
organik serta praktek langsung pembuatan pupuk organik dan demonstrasi 
pengunaan mesin pencacah jerami. Dalam pelatihan dan praktek, bertindak 
sebagai narasumber adalah peneliti BPTP dan Ketua KTNA Kec. Cipeucang. 
Pembuatan pupuk organik yang disosialisasikan menggunakan metode 
sederhana dengan aktivator Orgadec, M-Dec, dan EM-4. Pada akhir 
pelatihan, para peserta diberi petunjuk teknis pembuatan pupuk organik 
dalam bentuk leaflet dan bahkan 10 kelompoktani diberi bantuan aktivator
 M-Dec untuk penerapannya. Kedepan diharapkan semakin banyak 
kelompoktani yang dapat membuat pupuk organik sendiri. Untuk lebih 
memperkenalkan pupuk organik kepada masyarakat pengguna, hasil produksi 
telah diikutsertakan pada pameran go-organik di JCC Jakarta, pertemuan 
Floris di Batam dan seminar kerbau di Lebak Banten.
Dalam kajian pupuk organik tidak hanya 
terbatas pada produksi dan pelatihan petani, tetapi langsung 
diaplikasikan pada berbagai komoditas pertanian. Di Kecamatan Cipeucang –
 Kabupaten Pandeglang, pupuk organik diaplikasikan pada budidaya padi 
organik (10-15 ton/gha) dengan hasil yang cukup beragam. Pada penggunaan
 varietas Ciherang, hasil GKP riil yang diperoleh adalah 4,27 ton/ha, 
varietas Inpari-10 6,19 ton/ha, varietas Silugonggo 4,99 ton/ha dan 
varietas Shintanur 5,63-6,73 ton/ha. Selanjutnya di Kecamatan 
Kramatwatu, Kabupaten Serang, aplikasi pupuk organik pukan sapi dan 
kompos jerami yang dikombinasikan dengan pupuk kimia diperoleh hostile 
5,96-8,32 ton/ha, sedangkan yang menggunakan pupuk kimia (Urea dan NPK 
Phonska) hanya 6,45 ton/ha. Berbeda dengan padi sawah, aplikasi pupuk 
organik pada budidaya mentimun diperoleh hasil sebanyak 28,1 ton/ha. 
Sampai saat ini, hasil produksi pupuk organik tidak hanya digunakan pada
 budidaya padi sawah dan mentimun, tetapi sudah dimanfaatkan petani pada
 budidaya cabe, bawang merah, melon dan kacang panjang, serta penelitian
 mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).
- 00.02
 - 0 Comments
 
Lingkungan perkotaan identik dengan rumah kecil dan pekarangan sempit. Apalagi bila tinggal di komplek perumahan yang umumnya hanya memiliki ukuran luas tanah 100 m2. Bagi ibu-ibu yang memiliki waktu lebih lama tinggal di dalam rumah meskipun sudah tersedia penjual sayur keliling, apabila ada kesempatan maka tetap saja ingin menanam tanaman. Selain untuk hiburan, juga untuk menambah ketersediaan bahan olahan di dapur.
Rak
 vertikultur merupakan solusi untuk dijadikan barang mainan ibu-ibu di 
rumah. Lebih tinggi lagi bisa juga dijadikan bahan souvenir bagi anggota
 PKK di kampung, desa, kecamatan, kabupaten bahkan provinsi. Rak 
vertikultur ini memiliki ukuran lebar ke samping 1 m, ke belakang 0,5 m 
dan tinggi 1,5 m. Bahan rak terbuat dari talang PVC, sedangkan kaki rak 
terbuat dari bambu atau kayu. Jumlah rak dalam satu unit bisa bervariasi
 antara 3 atau 4. Harga pembuatan rak vertikultur sangat bervariasi, 
namun tidak salah apabila diperkirakan sebesar Rp 200.000 - 250.000 per 
unit. Tanaman yang bisa ditanam adalah sayuran daun (sawi, bayam, 
kangkung, petsay, seledri, bawang merah) dan tanaman obat (kencur, 
kemangi, kumis kucing) yang memiliki umur tanam kira-kira satu bulan. 
Media tanam berupa campuran tanah dengan pupuk kandang dengan 
perbandingan 1 : 1. Media tanam bisa bertahan 3 sampai 5 kali periode 
tanam tergantung perawatan dan pemupukan yang diberikan. Penyiraman yang
 baik adalah sampai tanah cukup lembab, tidak terlalu basah dan tidak 
terlalu kering.
- 23.59
 - 0 Comments
 

PENDAHULUAN
Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia, sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering didukung oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.
LEGOWO
Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.
TUJUAN LEGOWO
Tujuan cara tanam legowo adalah :
1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.
TEKNIK PENERAPAN
1. Pembuatan Baris Tanam
Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan.
2. Tanam
Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari 21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas. Namun apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia.

3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.
4. Penyiangan
Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak/gasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi.
5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.
Sumber



