:::: MENU ::::
Oleh : Drs Mayunar

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan/atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik serta memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Secara umum, manfaat pupuk organik adalah : (1) memperbaiki struktur dan kesuburan tanah, (2) meningkatkan daya simpan dan serap air, (3) memperbaiki kondisi biologi dan kimia tanah, (4) memperkaya unsur hara makro dan mikro, serta (5) tidak mencemari lingkungan serta aman bagi manusia. Berdasarkan hal tersebut, penggunaan pupuk organik diharapkan tanah pertanian menjadi sehat, lestari dan berkelanjutan.
Pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran ternak merupakan salah satu alternatif yang sangat tepat untuk mengatasi kelangkaan dan naiknya harga pupuk kimia. Sampai saat ini, pemanfaatan limbah pertanian dan kotoran ternak sebagai pupuk belum banyak dilakukan petani secara optimal, kecuali pada daerah-daerah sentra produksi sayuran. Bahan dasar pembuatan pupuk organik atau kompos adalah kotoran ternak ditambah dengan bahan-bahan untuk memperkaya kandungan hara seperti arang sekam, jerami padi, serbuk gergaji dan abu/kapur. Proses dekomposisi atau perombakan bahan organik secara alami memerlukan waktu cukup lama dan dianggap tidak efisien, sehingga kurang dapat mengimbangi kebutuhan yang terus meningkat, apalagi masa tanam yang mendesak. Dengan demikian diperlukan upaya untuk mempercepat perombakan senyawa komplek menjadi senyawa yang sederhana dengan bantuan bahan pemacu mikroorganisme (aktivator), diantaranya Orgadec, Biodec, M-Dec, Orlitani, Probion dan EM-4.
Dalam rangka mendukung penyediaan dan pemanfaatan pupuk organik sekaligus mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia, BPTP Banten bersama kelompoktani Taruna Sakti, Desa Kadugadung, Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang dan kelompoktani Gentra, Desa Margasana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang telah melakukan kajian pembuatan pupuk organik berupa pupuk kandang (pukan) sapi, pukan domba, pukan ayam, kompos jerami dan bokashi (campuran kotoran sapi/ayam ditambah arang sekam, jerami padi, serbuk gergaji dan dedak halus). Dari kajian kerjasama telah dihasilkan sebanyak 28 ton pupuk organik dengan berbagai jenis, yaitu pukan sapi 11 ton, bokashi 12,5 ton, kompos jerami 3 ton, pukan domba 1 ton dan pukan ayam 0,5 ton.
Sejalan dengan kajian tersebut juga dilakukan pelatihan kepada kelompoktani se-Kecamatan Cipeucang, Kabupaten Pandeglang yang diikuti 70 orang.peserta. Pada pelatihan diberikan materi tentang manfaat pupuk organik, bahan dasar pembuatan pupuk organik, kandungan hara bahan, cara pembuatan dan aplikasi pupuk organik serta praktek langsung pembuatan pupuk organik dan demonstrasi pengunaan mesin pencacah jerami. Dalam pelatihan dan praktek, bertindak sebagai narasumber adalah peneliti BPTP dan Ketua KTNA Kec. Cipeucang. Pembuatan pupuk organik yang disosialisasikan menggunakan metode sederhana dengan aktivator Orgadec, M-Dec, dan EM-4. Pada akhir pelatihan, para peserta diberi petunjuk teknis pembuatan pupuk organik dalam bentuk leaflet dan bahkan 10 kelompoktani diberi bantuan aktivator M-Dec untuk penerapannya. Kedepan diharapkan semakin banyak kelompoktani yang dapat membuat pupuk organik sendiri. Untuk lebih memperkenalkan pupuk organik kepada masyarakat pengguna, hasil produksi telah diikutsertakan pada pameran go-organik di JCC Jakarta, pertemuan Floris di Batam dan seminar kerbau di Lebak Banten.
Dalam kajian pupuk organik tidak hanya terbatas pada produksi dan pelatihan petani, tetapi langsung diaplikasikan pada berbagai komoditas pertanian. Di Kecamatan Cipeucang – Kabupaten Pandeglang, pupuk organik diaplikasikan pada budidaya padi organik (10-15 ton/gha) dengan hasil yang cukup beragam. Pada penggunaan varietas Ciherang, hasil GKP riil yang diperoleh adalah 4,27 ton/ha, varietas Inpari-10 6,19 ton/ha, varietas Silugonggo 4,99 ton/ha dan varietas Shintanur 5,63-6,73 ton/ha. Selanjutnya di Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang, aplikasi pupuk organik pukan sapi dan kompos jerami yang dikombinasikan dengan pupuk kimia diperoleh hostile 5,96-8,32 ton/ha, sedangkan yang menggunakan pupuk kimia (Urea dan NPK Phonska) hanya 6,45 ton/ha. Berbeda dengan padi sawah, aplikasi pupuk organik pada budidaya mentimun diperoleh hasil sebanyak 28,1 ton/ha. Sampai saat ini, hasil produksi pupuk organik tidak hanya digunakan pada budidaya padi sawah dan mentimun, tetapi sudah dimanfaatkan petani pada budidaya cabe, bawang merah, melon dan kacang panjang, serta penelitian mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta).


























Lingkungan perkotaan identik dengan rumah kecil dan pekarangan sempit. Apalagi bila tinggal di komplek perumahan yang umumnya hanya memiliki ukuran luas tanah 100 m2. Bagi ibu-ibu yang memiliki waktu lebih lama tinggal di dalam rumah meskipun sudah tersedia penjual sayur keliling, apabila ada kesempatan maka tetap saja ingin menanam tanaman. Selain untuk hiburan, juga untuk menambah ketersediaan bahan olahan di dapur.
Rak vertikultur merupakan solusi untuk dijadikan barang mainan ibu-ibu di rumah. Lebih tinggi lagi bisa juga dijadikan bahan souvenir bagi anggota PKK di kampung, desa, kecamatan, kabupaten bahkan provinsi. Rak vertikultur ini memiliki ukuran lebar ke samping 1 m, ke belakang 0,5 m dan tinggi 1,5 m. Bahan rak terbuat dari talang PVC, sedangkan kaki rak terbuat dari bambu atau kayu. Jumlah rak dalam satu unit bisa bervariasi antara 3 atau 4. Harga pembuatan rak vertikultur sangat bervariasi, namun tidak salah apabila diperkirakan sebesar Rp 200.000 - 250.000 per unit. Tanaman yang bisa ditanam adalah sayuran daun (sawi, bayam, kangkung, petsay, seledri, bawang merah) dan tanaman obat (kencur, kemangi, kumis kucing) yang memiliki umur tanam kira-kira satu bulan. Media tanam berupa campuran tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Media tanam bisa bertahan 3 sampai 5 kali periode tanam tergantung perawatan dan pemupukan yang diberikan. Penyiraman yang baik adalah sampai tanah cukup lembab, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.
 



















PENDAHULUAN
Padi merupakan tanaman pangan utama penduduk Indonesia, sebagian besar ditanam di lahan sawah. Kendala produktivitas lahan sawah diantaranya akibat serangan hama, penyakit dan gulma. Perkembangan pengganggu tanaman ini sering didukung oleh cara tanam yang sebenarnya masih bisa diperbaiki.

LEGOWO
Legowo adalah cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diselingi oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir ½ kali jarak tanaman pada baris tengah.
Cara tanam jajar legowo untuk padi sawah secara umum bisa dilakukan dengan berbagai tipe yaitu: legowo (2:1), (3:1), (4:1), (5:1), (6:1) atau tipe lainnya. Namun dari hasil penelitian, tipe terbaik untuk mendapatkan produksi gabah tertinggi dicapai oleh legowo 4:1, dan untuk mendapat bulir gabah berkualitas benih dicapai oleh legowo 2:1.
Pengertian jajar legowo 4 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 4 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam >2 kali jarak tanam pada barisan tengah. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 4 : 1 adalah 20 cm (antar barisan dan pada barisan tengah) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Pengertian jajar legowo 2 : 1 adalah cara tanam yang memiliki 2 barisan kemudian diselingi oleh 1 barisan kosong dimana pada setiap baris pinggir mempunyai jarak tanam 1/2 kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian, jarak tanam pada tipe legowo 2 : 1 adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong).
Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya.
Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietas IR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20 cm, sedangkan untuk varietas padi yang punya penampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm. Demikian juga pada tanah yang kurang subur cukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan pada tanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yang lebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yang sangat subur jarak tanamnya 25 cm. Pemilihan ukuran jarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.

TUJUAN LEGOWO
Tujuan cara tanam legowo adalah :
1. Memanfaatkan sinar matahari bagi tanaman yang berada pada bagian pinggir barisan. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga akan mendapatkan bobot buah yang lebih berat.
2. Mengurangi kemungkinan serangan hama, terutama tikus. Pada lahan yang relatif terbuka, hama tikus kurang suka tinggal di dalamnya.
3. Menekan serangan penyakit. Pada lahan yang relatif terbuka, kelembaban akan semakin berkurang, sehingga serangan penyakit juga akan berkurang.
4. Mempermudah pelaksanaan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit. Posisi orang yang melaksakan pemupukan dan pengendalian hama / penyakit bisa leluasa pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo.
5. Menambah populasi tanaman. Misal pada legowo 2 : 1, populasi tanaman akan bertambah sekitar 30 %. Bertambahnya populasi tanaman akan memberikan harapan peningkata produktivitas hasil.

TEKNIK PENERAPAN
1. Pembuatan Baris Tanam
Persiapkan alat garis tanam dengan ukuran jarak tanam yang dikehendaki. Bahan untuk alat garis tanam bisa digunakan kayu atau bahan lain yang tersedia serta biaya terjangkau. Lahan sawah yang telah siap ditanami, 1-2 hari sebelumnya dilakukan pembuangan air sehingga lahan dalam keadaan macak-macak. Ratakan dan datarkan sebaik mungkin. Selanjutnya dilakukan pembentukan garis tanam yang lurus dan jelas dengan cara menarik alat garis tanam yang sudah dipersiapkan sebelumnya serta dibantu dengan tali yang dibentang dari ujung ke ujung lahan.
2. Tanam
Umur bibit padi yang digunakan sebaiknya kurang dari 21 hari. Gunakan 1-3 bibit per lubang tanam pada perpotongan garis yang sudah terbentuk. Cara laju tanam sebaiknya maju agar perpotongan garis untuk lubang tanam bisa terlihat dengan jelas. Namun apabila kebiasaan tanam mundur juga tidak menjadi masalah, yang penting populasi tanaman yang ditanam dapat terpenuhi. Pada alur pinggir kiri dan kanan dari setiap barisan legowo, populasi tanaman ditambah dengan cara menyisipkan tanaman di antara 2 lubang tanam yang tersedia.




















3. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Posisi orang yang melakukan pemupukan berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupuk ditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan 2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan pada legowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur di tengah alur dalam barisan legowonya.

4. Penyiangan
Penyiangan bisa dilakukan dengan tangan atau dengan menggunakan alat siang seperti landak/gasrok. Apabila penyiangan dilakukan dengan alat siang, cukup dilakukan ke satu arah sejajar legowo dan tidak perlu dipotong seperti penyiangan pada cara tanam bujur sangkar. Sisa gulma yang tidak tersiang dengan alat siang di tengah barisan legowo bisa disiang dengan tangan, bahkan sisa gulma pada barisan pinggir legowo sebenarnya tidak perlu diambil karena dengan sendirinya akan kalah persaingan dengan pertumbuhan tanaman padi.

5. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.

Sumber